Stasiun Radio Malabar, salah satu peninggalan sejarah pada pemerintahan Hindia Belanda, yang didirikan tahun 1917 dan diresmikan tahun 1923 dengan sistem operasi tercanggih pada saat itu. Pemancar radio Malabar ini memiliki ukuran yang luar biasa besar jika dibandingkan dengan pemancar radio saat ini.

Antenanya memiliki Panjang 2 km yang membentang di antara gunung Malabar dan gunung Haruman dengan daya pancaran 2400 kw (ketika menggunakan mesin Arc Poulsen) dan 400 kw dengan telefunken.

Untuk kebutuhan listriknya dipasok dari sebuah pembangkit listrik yang khusus dibuat di Pangalengan dimana sekarang bernama PLTA Lamajan.

Seperti diketahui, jarak komunikasi yang ditempuh ke Belanda adalah sejauh 12.000 km, jarak ini bahkan lebih jauh dari komunikasi yang pernah dilakukan oleh pelopor telekomunikasi telegrafi dalam sejarah dunia, Guglielmo Marconi.

Sejarah Stasiun Radio Malabar
Pendiri Stasiun Radio Malabar ini adalah Dr. Cornelius de Groot – PK1A ( 1883-1927) yang sekaligus menjadi direktur stasiun pemancar ini.

Untuk mengenang jasanya, nama sang pendiri menjadi sebuah nama jalan di Bandung, yaitu Grootweg, dan sekarang Namanya menjadi Jalan Siliwangi.

Berawal dari keinginan untuk menghubungkan Belanda dengan Hindia Belanda secara nirkabel, didorong oleh situasi Perang Dunia I yang tidak memungkinkan ketersediaan kabel serta rentan secara teknis dan politis, maka dipilihlah koneksi gelombang panjang untuk menghubungkan kedua negara tersebut.
Willem Smit & Co’s Transformatorenfabriek memasok kumparan besar dan beberapa trafo, sementara generator dipasok oleh Smit Slikkerveer.

Sebagai pendukung tenaga listrik dibangun PLTA Dago, PLTA Plengan dan PLTA Lamadjan, serta PLTU di Dayeuhkolot.

Antena dibentangkan sepanjang 2 kilometer antara Gunung Puntang dan Gunung Halimun untuk memancarkan gelombang radio dengan ketinggian antena dari dasar lembah rata-rata 350 meter. [ebiiberkahFB/foto:bdgpride]

KITLV_Leiden

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *