Salah satu kerajaan terbesar di Nusantara adalah Kerajaan Singasari dengan rajanya bernama Kertanegara.
Berdasarkan referensi yang dilansir dari Kemendikbud, Raja Kertanegara adalah putra dari Raja Wisnuwardhana dan Jayawardhani atau Waning Hyun. Ibunya termasuk cucu dari Ken Dedes dan Ken Arok sebagai pendiri Kerajaan Singasari. Sebagai keturunan raja, maka ia diangkat menjadi raja kelima dari Kerajaan Singasari. Raja Kertanegara memiliki gelar Sri Maharajadhiraja Sri Kertanegara.
Raja Kertanegara mulai memerintah sejak tahun 1269 hingga 1292. Ketika pemerintahannya, Raja Kertanegara pernah mengirimkan ekspedisi Pamalayu. Bahkan, wilayah kerajaan Singasari juga meluas ketika pemerintahan Raja Kertanegara. Ini bisa terjadi dengan ditaklukannya beberapa daerah seperti Bali, Sunda, Pahang, Bakulapura (Kalimantan Barat Daya) dan Gurun (Maluku).
Selain itu, Raja Kertanegara juga menjalin hubungan persahabatan dengan Raja Jayasinghawarman dari Kerajaan Campa.
Kekuasaan Raja Kertanegara berakhir pada tahun 1292 setelah ditaklukkan Jayakatwang dari Kediri. Hal ini terjadi ketika Kertanegara sedang pesta minum-minuman keras hingga tidak sadar bahwa pasukan Jayakatwang sudah memasuki kerajaan Singasari. Maka tidak heran, jika pasukan gelang-gelang yang menjadi bagian dari kebangkitan Kerajaan Kediri ini dalam membunuh Kertanegara.
Terbunuhnya Raja Kertanegara ini merupakan kisah yang memilukan apalagi Kertanegara terbunuh di dalam istananya sendiri. Ini tentu tidak terlepas dari siapa Jayakatwang sebagai pemimpin gelang-gelang.
Peninggalan Raja Kertanegara
Sumber-sumber Kerajaan Singasari dapat diketahui dari Kitab Pararaton dan Kitab Negarakertagama, serta prasasti-prasasti peninggalannya. Namun salah satu peninggalan Kerajaan Singasari pada masa Kertanegara adalah Arca Joko Dolog. Arca ini disebut sebagai perwujudan dari Raja Kertanegara.

Arca Joko Dolog dipahat oleh seseorang yang bernama Nada, sekitar tiga tahun sebelum Raja Kertanegara terbunuh di pemberontakan Jayakatwang. Arca Joko Dolog berbentuk kepala gundul dengan posisi duduk dan bersikap Bhumisparsa mudra. Arca ini memiliki tangan kiri berada di atas pangkuan, sedangkan tangan kanan menelungkup di atas lutut sebagai simbol memanggil bumi sebagai saksi.
Indonesia patut berbangga karena memiliki sejarah kerajaan besar yang sudah dikenal sejak dulu di berbagai penjuru dunia.
[berbagai sumber, ilustrasi & photo: istimewa]